Upacara HUT Kota Probolinggo Baju Asat
dan Bahasa Madura
Senin, 17 September 2012 13:20 WIB
TRIBUNJATIM.COM,PROBOLINGGO—Upacara bendera memperingati hari
jadi KotaProbolinggo, ke 653, yang jatuh 4 September, berlangsung cukupunik.
Seluruh
peserta upacara dan undangannya mengenakan pakaian adat pendalungan. Tidak
hanya itu, upacara yang berlangsung Senin (17/9/2012), juga menggunakan bahasa
madura sebagai bahasa pengantar dalam upacara tersebut.
Suasana
upacara yang tidak lazim itu, sempat menjadi bahan tertawan peserta dan
undangan serta warga kota yang menyaksikan prosesi upacara tersebut.
Bahkan pemimpin upacara, wali kota HM. Buchori, sempat kebingungan
mencari kalimat yang pas untuk mengungkapkan sesuatu, saat sedang menyampaikan
sambutan.
Kelucuan
juga terjadi tatkala komandan upacara, Kabag Pembangunan Masykur, menyampaian
laporan kepada pemimpin upacara. Saking semangatnya memberi laporan kesiapan
upacara ke wali kota, dengan logat dan dialek bahasa madura, kumis pasangan
yang dikenakannya, miring.
Tidak
hanya itu, Masykur juga kesulitan berjalan saat menuju podium, tempat pemimpin
upacara, yang berjarak sekitar 30 meter. Gaya berjalannya tidak seperti
kesehariannya, sebab clurit yang terselip diperutnya, mengganggu langkah
kakinya.
“Lapor,
upacara ngak ngengak eh areh kededdien kottah Probolinggo sing kapeng nem atos
seket telok (653) taon 2012, se-kaleresan bereng tanggel settong bulen tekepek
taon 1433, siap e molaen. Laporan lastareh,” begitu ucap komandan upacara saat
melapor ke pemimpin upacara.
Mendengar
laporan seperti itu, pemimpin upacara menjawab, “Terus agi,” ucap HM Buchori.
Usai melapor, Maskur kembali ke tempat. Artinya, lapor, upacara memperingati gari jadi Kota Probolinggo ke 653 tahun 2012 yang bersamaan atau berbarengan dengan tanggal 1 bulan Dzulqaidah (Selo, Jawa) tahun 1433 Hijriyah, siap dimulai. Laporan selesai,” begitu ucap komandan upacara saat melapor ke pemimpin upacara. Mendengar laporan seperti itu, pemimpin upacara menjawab, “Terus agi,” ucap HM Buchori. Usai melapor, Maskur kembali ke tempat.
Usai melapor, Maskur kembali ke tempat. Artinya, lapor, upacara memperingati gari jadi Kota Probolinggo ke 653 tahun 2012 yang bersamaan atau berbarengan dengan tanggal 1 bulan Dzulqaidah (Selo, Jawa) tahun 1433 Hijriyah, siap dimulai. Laporan selesai,” begitu ucap komandan upacara saat melapor ke pemimpin upacara. Mendengar laporan seperti itu, pemimpin upacara menjawab, “Terus agi,” ucap HM Buchori. Usai melapor, Maskur kembali ke tempat.
Mendengar
dialog upacara yang begitu, spontan peserta dan undangan yang mengerti
bahasa madura, g tertawa. Sedang peserta dan undangan yang tidak mengerti
dialog laopran komandan dengan pemimpin upacara, hanya tolah-toleh ke kiri
kana, kebingungan.
Mereka kemudian bertanya ke peserta yang lain, Upacara yang dilgelar di alun-alun dan dimulai pukul 8.00 wib itu, berlangsung singkat. Sebab tidak ada acara pengibaran bendera dan menyanyikan lagu Indonesia Raya serta mengheningkan cipta. Upacara yang didominasi warna merah dan hitam itu diikuti sekitar 500-san. Terdiri dari perwakilan satker, lima camat dan 19 lurah yang ada di wilayah Kota setempat.
Mereka kemudian bertanya ke peserta yang lain, Upacara yang dilgelar di alun-alun dan dimulai pukul 8.00 wib itu, berlangsung singkat. Sebab tidak ada acara pengibaran bendera dan menyanyikan lagu Indonesia Raya serta mengheningkan cipta. Upacara yang didominasi warna merah dan hitam itu diikuti sekitar 500-san. Terdiri dari perwakilan satker, lima camat dan 19 lurah yang ada di wilayah Kota setempat.
Sebagai
peserta undangan, 30 anggota DPRD, Mispida, Muspika serta tokoh agama dan
masyarakat. Mereka seluruhnya menganakan pakaian adat pedalungan. Seperti,
pakaian sakera (adat madura), kebaya, bahkan peserta dari etnis cina yang
memakai pakaian ada cina serta etnis arab, yang mengenakan jubah dab surban.
Sedang
pemimpin atau inspektur dan komandan upacara mengenakan pakaian adat
madura yang diresmikan sebagai pakaian jawa timur. Mereka mengenakan pesak
berwarna hitam (Celana gombor dan pakaian tanpa krah dengan dua saku di bagian
bawahnya). Sedang pakaian dalamnya berupa kaos lorek atau garis-garis melintang
berwarna merah dan putih.
Tidak
hanya itu, pembawa acara, dan penabuh drumband (Bedug inggris) juga mengenakan
pakaian yang sama (Pakaian sakera). Begitu juga dengan para undangan yang
terdiri dari 30 anggota DPRD setempat, Komanan Kodim 0820 dan Kapolres
Probolinggo, Kepala Kejaksaan dan Ketua Pengadilan.
Usai
upacara wali kota menyerahkan berbagai pengharkaan ke siswa dan pegawai yang
berprestasi. Dalam kesempatan itu, HM. Bukhori juga melepas burung dan merpa.
Sumber : Surya
Reporter : Agus Purwoko
Editor : Yoni
0 komentar:
Posting Komentar